Maeshal Rasyid: Bupati, Birokrat, dan Santri

Tangerang, TERBITHARIAN.com – Siapa yang tidak mengenal Maeshal Rasyid, sosok Bupati Tangerang yang dikenal someah, adem, berwibawa, dan dekat dengan rakyat? Dalam berbagai forum keagamaan dari haulan, maulidan, hingga diskusi santai di kampung-kampung kehadirannya selalu menimbulkan rasa hangat. Ia tidak menampilkan jarak antara pemimpin dan masyarakat, tetapi hadir sebagai pribadi yang mendengar, menghargai, dan menghormati setiap warganya.

Karakter kepemimpinan yang merakyat itu bukan datang secara instan. Maeshal Rasyid tumbuh dari bawah, melewati tangga birokrasi satu per satu, mulai dari staf terendah hingga akhirnya menjadi Sekretaris Daerah, lalu Bupati. Pengalaman panjang itu membuatnya memahami betul arti kerja keras, kesetiaan, dan khidmat dalam pelayanan publik. Ia tidak melihat jabatan sebagai simbol kekuasaan, melainkan sebagai amanah untuk menebar manfaat.

Dalam pandangan masyarakat dan aparatur pemerintahan, Maeshal Rasyid dikenal sebagai pemimpin yang tidak berjarak. Tutur katanya halus, senyumnya mudah, dan kehadirannya selalu membawa kesejukan. Ia meneladankan bahwa birokrasi yang baik harus berjiwa melayani, bukan dilayani. Dalam berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa kerja pemerintahan adalah bentuk ibadah sosial yang nilai utamanya terletak pada ketulusan dan keikhlasan.

Dari ruang pelayanan publik hingga majelis keagamaan, sikapnya selalu sama: rendah hati dan penuh empati. Ia menaruh perhatian besar pada kesejahteraan masyarakat kecil, pendidikan, dan keagamaan. Tidak heran jika banyak warga menyebutnya sebagai pemimpin yang tidak hanya memimpin dengan kebijakan, tetapi juga dengan keteladanan.

Di antara banyak isu yang menjadi perhatiannya, dunia pendidikan dan pesantren menempati posisi istimewa di hatinya. Ia sering mengaku merasa bersalah jika belum maksimal membantu madrasah dan pesantren, meski dibatasi oleh aturan kewenangan. Dalam beberapa kesempatan, matanya bahkan berkaca-kaca ketika berbicara tentang lembaga pendidikan Islam yang menjadi tulang punggung peradaban bangsa.

Sebagai wujud kepeduliannya, Maeshal Rasyid menggagas program Aspontren (Asrama dan Sanitasi Pesantren). Program ini lahir dari cita-citanya semasa kampanye untuk memperbaiki hunian dan fasilitas pesantren, terutama pesantren salafiyah yang masih sederhana. Setiap tahun, ratusan pesantren di Kabupaten Tangerang mendapat manfaat dari pembangunan asrama dan sarana sanitasi yang lebih layak. Bagi Maeshal, pembangunan pesantren bukan hanya soal fisik, tetapi juga tentang menjaga marwah dan martabat pendidikan keagamaan.

Kepeduliannya tidak berhenti di situ. Ia juga mendorong program beasiswa pendidikan S1 bagi santri di STISNU Nusantara Tangerang, agar santri memiliki kesempatan kuliah dan menjadi kader penggerak pembangunan. Ia ingin santri tidak hanya pandai mengaji, tetapi juga mampu menjadi pemimpin yang berakhlak, berilmu, dan berintegritas. Dalam pandangannya, santri adalah kekuatan moral yang menjaga arah pembangunan Kabupaten Tangerang agar tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan religiusitas.

Pada momentum Hari Santri Nasional 2025, komitmen Maeshal Rasyid terhadap santri dan pesantren semakin nyata. Ia menegaskan bahwa membangun daerah tidak cukup hanya dengan infrastruktur, tetapi juga harus disertai pembangunan karakter dan spiritualitas masyarakat. Dari pesantrenlah lahir pemimpin-pemimpin bangsa, pejuang kemerdekaan, dan penjaga moralitas publik. Karena itu, perhatian kepada santri adalah investasi jangka panjang bagi peradaban.

Khidmat dan pengabdian Maeshal Rasyid kepada umat adalah bukti bahwa di balik sosok birokrat yang tegas, hidup jiwa seorang santri yang tawadhu dan penuh cinta kepada para kiai. Ia adalah pemimpin yang selalu didoakan oleh para ulama, karena ketulusan dan kepeduliannya kepada agama serta pendidikan. Kehadirannya membawa harapan bagi santri dan pesantren bahwa pemerintah bisa bersahabat dengan nilai-nilai pesantren, bisa bekerja dengan hati, dan bisa membangun dengan ruh keikhlasan.

Semoga amanah memimpin Kabupaten Tangerang semakin gemilang, penuh keberkahan, dan membawa manfaat bagi umat.

Selamat Hari Santri Nasional 2025.

Muhamad Qustulani
Santri Nahdlatul Ulama/ Pegiat Pesantren

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *