TERBITHARIAN.com – Di tengah pergeseran tata sosial dan ekonomi, narasi lama tentang peran perempuan mulai runtuh. Jutaan wanita di Indonesia kini berdiri sebagai penopang utama, membuktikan bahwa mereka adalah fondasi, bukan hanya pelengkap. Baik melalui karier maupun wirausaha, perempuan dituntut untuk terus belajar, mengasah keterampilan, dan memperluas wawasan. Proses ini adalah bentuk investasi pada diri sendiri yang tak ternilai
Pada akhirnya, narasi perempuan sebagai tulang punggung bukanlah untuk mengecilkan peran laki-laki, melainkan untuk memberikan pengakuan yang sudah sepantasnya diterima oleh perempuan. Ini adalah pengakuan atas kerja keras, kontribusi ekonomi, dan kekuatan mental mereka yang selama ini seringkali tak terlihat dan tak terhitung. Disamping itu, kemampuan untuk mengatasi tantangan, menghasilkan pendapatan, dan membuat keputusan sendiri secara drastis meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri seorang perempuan.
Sudah waktunya kita melepaskan istilah tulang rusuk yang pasif. Hari ini, dan di masa depan, perempuan Indonesia telah dan akan terus membuktikan bahwa mereka adalah arsitek, pembangun, dan pilar utama penyangga kehidupan sang tulang punggung yang sesungguhnya.
Perempuan yang mandiri secara ekonomi memiliki kekuatan dan pilihan untuk meninggalkan hubungan yang toksik atau abusif. Ketergantungan finansial adalah salah satu alasan utama mengapa banyak perempuan terperangkap dalam lingkaran kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Di zaman modern yang penuh tantangan dan peluang ini, kemandirian perempuan bukanlah sebuah ancaman bagi tatanan sosial, melainkan sebuah peningkatan (upgrade) yang potensial. Mendorong dan mendukung perempuan untuk menjadi mandiri adalah investasi terbaik yang bisa dilakukan sebuah masyarakat. Ini bukan hanya tentang memberdayakan perempuan, tetapi tentang membangun keluarga yang lebih kuat, masyarakat yang lebih adil, dan bangsa yang lebih tangguh dan sejahtera untuk semua.