Ngopi Senja Sharing Santai Jurnalistik: Peran Literasi Digital dan Fotografi Berpadu untuk Keterampilan Penulisan

TERBITHARIAN.COM, Tangerang – Sore yang hangat di Angkringan Dialekita, Kampung Bekelir Babakan, menjadi saksi bisu berkumpulnya para pegiat literasi, jurnalis, dan fotografer dalam sebuah acara santai bertajuk “Ngopi Senja: Peran Literasi Digital dan Fotografi Berpadu untuk Keterampilan Penulisan.” Acara yang diinisiasi oleh Bung Jampang, pemilik Angkringan Dialekita ini berhasil menyatukan perspektif tentang bagaimana literasi digital dan kemampuan visual saling melengkapi dalam menghasilkan karya tulis jurnalistik yang berkualitas di era serba cepat ini. Sabtu sore, 11 Oktober 2025.

Dalam suasana yang akrab ditemani kopi hangat, para peserta diajak berdiskusi tentang tantangan dan peluang yang dihadapi penulis dan fotografer saat ini. Yunadin, seorang jurnalis dari media surat kabar online menekankan bahwa di tengah derasnya arus informasi, literasi digital bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan. Yunadin juga menjabarkan point penting tentang kode etik jurnalistik.

“Menghormati privasi orang lain adalah kewajiban. Mengungkapkan informasi pribadi tanpa izin dapat dianggap sebagai pelanggaran privasi. Mengunggah atau menyebarkan konten yang melanggar hukum, seperti pornografi, konten kekerasan, atau ujaran kebencian, dapat berakibat pada tindakan hukum. Dan Menggunakan karya orang lain tanpa izin, seperti musik, gambar, atau video, dapat melanggar hak cipta dan dikenakan sanksi,” ujar Yunadin.

“Masyarakat penting untuk memiliki kesadaran hukum penyebaran informasi palsu (hoax). Menyebarkan berita palsu atau hoax dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku, seperti UU ITE di Indonesia. Kita memasuki era delusi atau era globalisasi karena manusia sekarang harus bertindak moderen karena segala sesuatu harus cepat. Tantangan kita hari ini adalah memasuki era delusi tentang kemampuan digitalisasi keterkaitan dengan kemajuan jaman karena era digitalisasi bisa berdampak positif dan negatif,” tambahnya Yunadin.

Namun, keberhasilan sebuah berita tidak hanya terletak pada isi tulisannya. Di sinilah peran fotografi mengambil alih. Fauzi, seorang fotografer profesional, menjelaskan bahwa sebuah foto memiliki kekuatan untuk berbicara lebih dari seribu kata.

“Foto jurnalistik yang baik mampu mengabadikan emosi, suasana, dan momen-momen krusial yang tidak bisa digambarkan hanya dengan tulisan. Kolaborasi antara tulisan yang tajam dan foto yang kuat akan menghasilkan karya jurnalistik yang lebih mendalam dan membekas,” jelasnya Fauzi.

Diskusi mengalir santai namun tetap berbobot, menyoroti pentingnya etika dalam menggunakan media digital, terutama dalam hal penyebaran informasi dan penggunaan foto. Acara ini juga menjadi ajang bagi para peserta untuk saling bertukar pikiran, membangun jaringan, dan menginspirasi satu sama lain untuk terus berkarya.

“Ngopi Senja ini lebih dari sekadar diskusi, ini adalah wadah untuk membangun komunitas yang peduli terhadap kualitas penulisan dan visual di dunia digital, Semoga kegiatan ini bisa memotivasi lebih banyak orang untuk terus mengasah keterampilan menulis dan fotografi mereka, sambil tetap bijak dalam memanfaatkan literasi digital,” pesannya Jampang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *