Kota Tangerang, TERBITHARIAN.COM – Sinusa mengadakan acara pagelaran seni yang bertajuk “Puisi Tak Menarik, Apa Guna Belajar Puisi.” Acara ini di selenggarakan sebagai wadah bagi sastrawan, dan pencinta puisi untuk berdiskusi, bertukar gagasan, serta mengekspresikan kreativitas melalui kata-kata. Puisi bukan hanya rangkaian kata yang indah, tetapi juga refleksi dari kehidupan, perasaan, dan pemikiran yang mendalam. Rabu malam, 26 Februari 2025.
Ada yang lebih menarik perhatian pada acara malam ini yakni kehadiran Abdul Hakim, S.Fil. MA, penulis buku yang berjudul Ateisme Kaum Muda Dunia Islam “Pergulatan Iman, Identitas dan Politik. Buku yang hangat menjadi perbincangan dikalangan publik dan gen z, karena buku karangan dari Abdul Hakim, S.Fil. MA, sangat begitu fenomenal diperadaban pembaca buku.
Abdul Hakim, S.Fil. MA, dalam sambutannya menceritakan jejak perjalanan masa lalunya bersama penyair, ” Masa-masa menjadi mahasiswa sering bergaul dengan para penyair. Ketika saya diundang dalam acara malam ini serasa kembali lagi mengenang kemasa lalu. Ditengah dunia media sosial yang begitu deras sekarang dimana jari-jari kita itu selalu dihadapan gedget, kita selalu scrol disaat kita berbicara tidak lepas dari gedget,” tuturnya.
Karena yang lagi viral atau bahasa kerennya itu adalah For You Page (FYP), group Band Sukatani pada saat ini dengan lirik lagunya sangat menjadi fenomenal dan pro kontra. Dan lebih pada intinya pembahasan dari Abdul Hakim, S.Fil. MA.
“Kita itu seperti kehilangan kedalaman, kita kehilangan pikiran-pikiran yang reflektif. Kata-kata itu disabotase oleh marketing dan mungkin kalo kita keluar rumah, kita terkena distraksi hampir 2500 simbol. Dan bisa membuat pembusukan otak, secara tidak langsung efek distraksi ini membuat simbol-simbol kedangkalan. Dan ketika pintu-pintu politik itu sedang macet maka suaranya bisa disuarakan lewat sastra, puisi dan musik, belakangan kita tau pemerintahan lebih takut dengan lagu Sukatani tetapi ketika partai politik itu berbicara diam saja, artinya suara kebebesan bisa diartikulasikan lewat, sastra, syair dan lagu,” pungkasnya.
M.Rizky Athaullah, selaku sebagai komando acara atau ketua Seni STISNU Nusantara (Sinusa), menyampaikan dalam sela-sela waktunya kepada wartawan TH “Alhamdulillah acara pada malam hari ini berjalan lancar, terutama saya sangat apresiasi kepada calon anggota yang sudah menyelenggarakan acara fodis ini, dan tujuan kami ingin memgepakan sayap di dalam kampus maupun luar kampus,” harapannya.
“Kami berharap melalui dialog ini, kita semua dapat memperoleh wawasan baru, mempererat tali silaturahmi antar pecinta sastra, serta semakin mengapresiasi keindahan dan kekuatan puisi dalam kehidupan kita. Puisi merupakan medium yang luar biasa dalam mengungkapkan perasaan, harapan, dan kritikan terhadap kehidupan. Melalui rangkaian kata yang indah dan penuh makna, puisi mampu menyatukan berbagai lapisan emosi dan pikiran,” tutupnya.